Sudah lama menjalin hubungan cinta dan akhirnya memutuskan
menikah? Jangan hanya terpatok waktu, belum tentu kamu benar-benar siap
menuju ke jenjang yang sakral itu. Simak dulu poin penting ini, pastikan
tak ada bagian yang terlewatkan dari serangkaian persiapaanmu jelang
hari bahagia itu.
Selain menjawab pertanyaan penting seputar mengapa dia orang yang
kamu pilih, apakah benar dia pasangan yang kamu harapkan, merefleksi
kembali kelebihan dan kekurangannya, termasuk kesiapan berhadapan dengan
perbedaan prinsip dan cara pandang, ada hal penting yang wajib
dipersiapkan: mental, kesehatan, keuangan, investasi, termasuk masa
depan pekerjaanmu.
1. Sudahkah siap secara mental?
Kesiapan mental. Ketika memutuskan menikah, artinya kamu harus siap
menerima pasangan, hidup bersama pasangan dalam satu atap, juga menjalin
relasi baik dengannya. Yang kamu perlukan di sini adalah kematangan
psikologis agar lebih mudah menjalin komunikasi, menerima keadaan, dan
lebih dewasa mengelola konflik atau masalah, ungkap psikolog Lisnawati
dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Aktivis perempuan dan
anak, Rabiah Al Adawiyah, juga mengatakan tak cuma legal secara agama
atau negara, pernikahan harus dilaksanakan dengan persiapan matang, baik
kesiapan fisik, mental, maupun perekonomian yang memadai. “Jangan hanya
ikut tren dan asal halal, perlu dipikirkan persiapannya,” ungkapnya.
Kesiapan lain adalah soal menerima anggota keluarga baru yang juga
harus diperhatikan. Bagian ini cukup sulit, tapi tak ada pilihan selain
belajar menyayangi keluarga pasanganmu sama seperti menyayangi keluarga
sendiri. Ingat, perlakuan berbeda sangat mungkin menimbulkan
kecemburuan, jadi bersikaplah adil. Tak berhenti di sana, memutuskan
menikah, kamu pun harus fokus membangun keluarga kecil, yang artinya
mengurangi waktu dan perhatian di luar permasalahan rumah tangga,
seperti pekerjaan, teman-teman, bahkan hobi. Saatnya bertanggung jawab
pada keputusan besar yang sudah kamu pilih, dan lagi-lagi, butuh mental
yang kuat di masa awal penyesuaian status barumu nanti.
2. Penting: premarital medical check up!
Hal ini penting, tapi kerap disepelekan. Menjelang pernikahan, sangat
perlu memeriksakan kesehatanmu dan pasangan, termasuk mengecek
kesuburan masing-masing plus melakukan imunisasi. Yang paling umum
dilakukan adalah pemeriksaan TORCH: Toxoplasmosis, Other (syphilis),
Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan Herpes simplex virus (HSV). Sebagian
orang menganggap bagian ini tak penting, padahal sikap saling terbuka
masalah kesehatan masing-masing, menurut dr. Frizar Irmansyah dari RS
Pusat Pertamina, sangatlah dibutuhkan. Fungsinya, antara lain, mencegah
penularan penyakit, mendeteksi kelainan bawaan, sampai mengecek
kebugaran masing-masing.
Tes kesehatan sebenarnya bisa dilakukan kapan pun, tapi yang
membedakan dengan tes pra-menikah adalah hasilnya yang berpengaruh juga
pada pasangan, dan calon anak. “Hal ini pada akhirnya juga menjadi
pembuktian cinta, masih mau menerima atau tidak setelah mengetahui
kondisi kesehatan pasangan,” jelas dr. Frizar.
Sudah lama menjalin hubungan cinta dan akhirnya memutuskan
menikah? Jangan hanya terpatok waktu, belum tentu kamu benar-benar siap
menuju ke jenjang yang sakral itu. Simak dulu poin penting ini, pastikan
tak ada bagian yang terlewatkan dari serangkaian persiapaanmu jelang
hari bahagia itu.
3. Bekal finansial masih menjadi kebutuhan utama
Masalah keuangan dan harta memang paling sensitif. Namun, siap
berumah tangga, siap pula mengorek-korek bagian yang satu ini. Seorang
teman mengaku sempat mengalami kebingungan saat akan memutuskan membeli
rumah atau mobil lebih dulu ketika akan menikah. “Kalau membeli rumah
dulu kami bingung bagaimana dengan transportasi ke kantor. Padahal,
dengan uang yang kami punya hanya mampu membeli rumah di pinggir
Jakarta. Nah, kalau membeli kendaraan dulu, kami tak punya tempat
tinggal,” ungkapnya. Teman lain memimpikan bisa mandiri dalam hal
segalanya, tak cuma finansial. “Di mana-mana pasangan menikah maunya
memiliki rumah sendiri, pisah dari orangtua. Itu juga yang menjadi
mimpiku saat ini,” jelasnya.
Menikah tak semudah meresmikan hubungan di mata agama maupun hukum.
Hidup bersama memiliki persoalan yang jauh lebih rumit dari hal itu,
karena banyak yang mesti direncanakan dengan matang. Perencana keuangan
Felicia Imansyah dari Taatadana Consulting menegaskan, masa awal
pernikahan merupakan masa penting pembangunan pondasi keuangan keluarga
untuk masa mendatang datang karena makin lama kebutuhan keluarga akan
semakin kompleks dengan bertambahnya anak, usia, dan kebutuhan hidup.
Untuk itu, berusahalah untuk bisa menghidupi diri sendiri, baru
memutuskan berumah tangga dan berbagi rezeki bersama, agar bisa lebih
bijak dalam mengelola keuangan dan kebutuhan. Mengerti bagaimana
perjuangan mendapatkan rezeki, mengerti pula cara memanfaatkannya dengan
baik. Masalah fasilitas apa yang akan lebih dulu dimiliki, semua
kembali pada kebutuhan masing-masing. Segala keputusan lebih baik
dibicarakan bersama pasangan, dan yang terpenting, sesuai anggaran yang
ada.
4. Membuat tabungan masa depan
Perencana keuangan dari Prime Planner, Muhamad Ichsan, mengusulkan
tiap pasangan menyisihkan uang sebagai bekal di masa tua, memenuhi
kebutuhan jangka panjang maupun kebutuhan tak terduga yang membutuhkan
dana tak sedikit. “Kita juga harus mulai memikirkan tabungan untuk masa
depan. Tak cuma untuk aku dan suami dan dana cadangan yang bisa dipakai
sewaktu-waktu, tapi juga dana untuk calon anak kami,” ujar seorang teman
lain yang kini tengah mengandung anak pertamanya. Dana untuk sang anak
pun tak main-main, dia dan sang suami sudah menyiapkan asuransi dan
investasi. Nantinya, dana tersebutlah yang bisa dipakai untuk biaya
persalinan sampai pendidikan. “Aku juga menyiapkan dana untuk kedua
anakku dalam bentuk investasi emas. Berjaga-jaga kalau suatu saat kami
kurang beruntung, tak bisa membiayai hidup, mereka sudah punya dana yang
menjamin kesejahteraan mereka,” jelas teman lain yang sudah 4 tahun
menikah dan memiliki 2 orang anak.
Sudah lama menjalin hubungan cinta dan akhirnya memutuskan
menikah? Jangan hanya terpatok waktu, belum tentu kamu benar-benar siap
menuju ke jenjang yang sakral itu. Simak dulu poin penting ini, pastikan
tak ada bagian yang terlewatkan dari serangkaian persiapaanmu jelang
hari bahagia itu.
5. Nasib karier setelah status baru disandang
Banyak kasus, perempuan meninggalkan pekerjaannya setelah menikah,
atau setelah melahirkan anak pertama. Ini dilakukan untuk
memprioritaskan keluarga ketimbang pekerjaan. Tak sedikit pula yang
tetap berkomitmen meneruskan karier dan mencari nafkah untuk membantu
suami. Yang harus diingat, yang utama tetaplah keluarga, karena jabatan
dan pendapatan menjadi tak berarti kalau kehidupan rumah tangga
berantakan? Psikolog Adriana S. Ginandjar membenarkan betapa sulitnya
perempuan menjalankan peran multifungsi sebagai ibu rumah tangga, istri,
anggota masyarakat, sekaligus perempuan karier dengan sukses, “Maksimal
semua peran itu bisa dilakukan secara seimbang,” pesannya. Ya,
dilakukan dengan seimbang dan tetap pada satu tujuan, demi kesejahteraan
keluarga. Kalau kemudian karier tak bisa menjamin keluarga utuh, sudah
tahu kan, mana yang mesti dikorbankan?
Sebagai intermeso, sudah membaca novel Oksimoron-nya Isman H.
Suryaman? Bicara tentang pernikahan, novel ini pas untuk dibaca.
Menceritakan kehidupan pernikahan Alan dan Rine, berbagai realitas
bertebaran di dalamnya. Kebahagiaan hampir tak datang sesering ketika
awal mereka memutuskan berkomitmen karena pasangan suami-istri harus
berjuang menghadapi bermacam hal yang bertolak belakang, mulai dari
orangtua, mertua, tetangga, kerukunan, keharmonisan rumah tangga,
kehamilan, sampai kehadiran orang ketiga. Bahwa, pernikahan bukanlah
cerita dongeng dengan akhir yang pasti membahagiakan, melainkan cerita
drama yang akhir kisahnya, tergantung bagaimana kamu dan pasanganmu
menjalaninya.
Pernikahan bukanlah akhir dari kisah cinta, melainkan awal dimulainya
petualangan pasangan yang saling mencintai dan berkomitmen
sebeban-sepenanggungan, sehidup-semati. Dan ini bukanlah sebuah
petualangan yang mudah. Untuk bisa melaluinya, perlu pondasi yang kokoh.
5 bekal utama yang kamu butuhkan sudah kami bagikan, sekarang saatnya
bersiap melangkah ke status baru yang penuh dengan persoalan baru tapi
menyenangkan karena dilewati bareng si belahan jiwa.
Sumber: Fimela.com
0 komentar:
Posting Komentar