Dalam adat Jawa seserahan memiliki arti filosofis yang berarti adalah pria sebagai suami secara lahiriah mampu menafkahi istrinya. Dan simbolisasi nafkah ini diwujudkan dalam bentuk seserahan atau hantaran saat prosesi lamaran.
Secara filosofis pula jenis seserahan ini setidaknya meliputi perlambang kebutuhan pokok yang mampu disediakan oleh sang pria pada istrinya dalam kehidupan berumah tangga.
Orang Jawa tidak bermaksud untuk menunjukkan materialisme. Hanya saja adat ini untuk meneguhkan niat sang pria untuk membahagiakan istrinya dan memenuhi nafkah setelah berumah tangga.
Biasanya pihak keluarga pria akan memberikan seserahan pada malam hari menjelang akad nikah atau lebih dikenal pada waktu malam midodareni.
Mengenai jenis dan jumlah seserahan yang akan diberikan kepada pihak pengantin
wanita, hal ini tidaklah saklek harus begini atau begitu.
Namun orang Jawa mengenal dialog atau rembugan. Yakni kesepakatan yang sesuai dengan kemampuan pihak pria, serta tidak memaksakan diri.
Orang Jawa lebih mengutamakan kejujuran dan kesederhanaan dalam prosesi adat pernikahan, serta bukanlah kemewahan.
Jadi hanya sebatas kemampuan saja. kalau kebetulan sang pria dari kalangan mampu, maka hal itu terserah pada batas kemampuan sang pria.
Setidaknya secara filosofis makna seserahan harus mewakili unsur nafkah pokok lahir bathin yakni :
- Spiritual
- Sandang
- Pangan
Unsur-unsur ini berkaitan dengan sandang biasanya adalah ‘sepengadeg’ dalam bahasa Jawa artinya adalah busana lengkap luar dalam dari atasan hingga bawahan, termasuk kosmetika, asesories untuk wanita.
Kedua adalah pangan, yang biasanya diwakili dalam bentuk unsur karbohidrat, bisa jadah, jenang, dan juga buah-buahan.
Nah, berikut ini adalah 9 Jenis Barang seserahan pernikahan adat jawa yang harus disediakan pengantin pria untuk diberikan kepada sang pengantin wanita, khsusnya barang seserahan dalam lingkup budaya Jawa yang muslim yakni :
Seperangkat Alat Sholat |
Cincin |
Namun sebaiknya bagi pengantin muslim, cincin sang pria tidak berupa emas, cincin bisa diganti dari yang berbahan monel atau kuningan, sedangkan calon pengantin muslimah tetap diperbolehkan menggunakan cincin yang terbuat dari emas.
Mengenai berapa karat yang akan dikenakan sang mempelai wanita, semuanya tergantung kesepakatan.
Diusahakan jangan memberatkan. Cincin itu sendiri adalah sebagai simbol pengikat hubungan kedua pasangan agar bisa terus bersama sampai akhir hayat.
Perhiasan |
Tak jarang mereka memberikan perhiasan yang bertahtakan berlian sehingga tampak lebih bersinar apabila dikenakan oleh pengantin putri kelak ketika telah dipersuntingnya.
Seperangkat Busana Wanita |
Biasanya buah yang diberikan dalam seserahan adalah pisang, anggur, jeruk, apel. Harapannya akan memberikan kesegaran dalam membina kemesraan dan cinta sepasang calon pengantin.
Buah buahan |
Makanan Tradisonal |
Keinginannya adalah agar cinta mereka berdua dapat lengket selalu sebagaimana jenis makanan tersebut.
Suruh Ayu |
Makna pemberian suruh ayu adalah untuk mendoakan keselamatan dan kebahagiaan kedua pengantin dalam mengarungi mahligai perkawinan.
Peralatan Rias / Make up |
Sepatu/Sandal/Selop |
Begitulah filosofis seserahan adat Jawa, yang merupakan perlambang kesiapan pihak mempelai pengantin pria memantapkan niatnya secara ikhlas beribadah menjalani rumah tangga dan menafkahi istrinya.(imung)